powered by
TickBar

06/11 : Celoteh: Ojek

Celoteh: Ojek


Inilah model transportasi yang mewabah saat ini. Ya, tukang ojek. Nggak di kota, nggak di desa, ojek pegang peranan penting untuk melayani perpindahan public dari satu tempat ke tempat tujuan lain. Bahkan menggusur (?) model transportasi lama semisal becak, bemo bahkan angkot sekalipun. Ojek lebih cepat, murah, gesit dan hemat waktu. Walau polusi tambah tinggi. Tak ayal lagi di mana-mana terbentuk paguyuban ojek. Bak jamur di musim hujan. Mereka telah membentuk komunitas tersendiri, sebagai rambu bahwa eksistensi mereka perlu diperhitungkan. Jasa mereka perlu diperhatikan, terutama saat-saat banyak PHK dan pengangguran. Ojek adalah solusi jitu pengentasan "kemiskinan".


Dulu, sewaktu di Pancoran, salah satu teman saya berprofesi sebagai tukang ojek. Panggilannya Kenthus. Kebetulan dia satu group dengan saya sewaktu belajar silat. Jadilah kami tambah akrab karena sering berpasangan ketika latihan. Dia sering bercerita kalau teman-temannya sesama tukang ojek itu pada heran kenapa dia selalu menolak dan memberikan gilirannya kepada yang lain jika pas gilirannya yang akan dibonceng itu perempuan. Dan jika berebutpun dia tak pernah mencari yang cewek. Jadi dia spesialis ojek laki-laki. Dan itu telah menjadi ciri-wancinya. Kenapa demikian? Dengan bangga dia mengatakan bahwa dia ingin menjaga kepahamannya. Selagi bisa dia akan angkut yang cowok saja. Biar tidak dosa, sebab senggolan dengan yang bukan mahromnya. Fantastic!


Beberapa saat kemudian kami berpisah. Kami menyingkir ke pinggir. Dari Pancoran jauh ke selatan. Di udik. Di tempat saya sekarang ini, ojek adalah satu-satunya alat transportasi dari dan ke komplek kami. Lumayan jaraknya 4 kiloan dari jalan besar, dengan jalan makadam. Jadilah saya ingat lagi kepadanya. Namun saat ini yang kami hadapi situsinya berbalik. Banyak ibu-ibu jamaah yang menanyakan keraguannya perihal ojek ini. Tak lain karena mereka terpaksa harus naik ojek untuk bisa keluar dan masuk.


"Pak, bagaimana ya hukumnya kalau kita terpaksa naik ojek untuk keluar - masuk komplek?"


Saya mesam-mesem sendiri. Pengin ketawa, juga pengin nangis. Saya pengin ketawa sebab pada dasarnya Ibu-ibu yang bertanya itu bukan tidak tahu hukumnya, tetapi sebenarnya sekedar ingin berbagi rasa. Berbagi keadaan yang belum bisa kami atasi. Saling mengingatkan untuk tetap sabar, istighfar dan banyak doa semoga cepat ada perubahan. Saya juga pengin nangis kalau mengingat bahwa istri saya dan adik perempuan saya beberapa waktu yang lampau juga melakukan hal yang sama. Tak lain keterbatasan kami yang belum bisa membeli motor sendiri. Bahkan waktu itu teman-teman kantor istri saya pun jadi heran. Sebab menurut mereka, istri dan adik perempuan saya itu tidak mau digonceng teman lelaki sekantornya, tetapi lebih memilih tukang ojek. Padahal gratis. Satu tujuan lagi, sebab sama-sama satu komplek.



"Lha iya, kalau tak ajak pulang nggak mau kok malah naik ojek. Kan sama aja toh. Emangnya saya ini kenapa?" gumam teman istri saya.



Ketika menghadapi situasi itu adik saya memberi respon yang cerdas. "Bukan nggak mau Mas. Kita hanya menjaga agar tidak terjadi fitnah diantara kita. Sebab sehari-hari kita sudah saling ketemu, bertegur dan akrab. Salah-salah kalau nanti sering-sering goncengan malah jadi gosip yang nggak-nggak. Oleh karenanya lebih baik naik ojek saja, karena jelas-jelas itu adalah profesi."


Klakep. Teman-teman kantor istri bisa menerima jawaban itu. Jadi sekarang yang bisa dilakukan sebagai teman kantor istri saya adalah memanggilkan tukang ojek saja kalau istri dan adik saya perlu tumpangan. Walau begitu mereka tetap meradang. Sebab dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Thobroni, Rasululloh SAW bersabda:

"Niscaya jika kepala salah satu kalain ditusuk dengan jarum dari besi itu lebih baik daripada menyentuh perempuan yang bukan mahromnya."

Belum lagi dalil lain yang menjelaskan bahwa Rasululloh SAW bersabda;

Niscaya jika babi hutan yang berlumpuran tanah atau lumpur yang busuk menempel pada seorang laki-laki itu lebih baik daripada pundaknya menempel pada perempuan yang tidak halal baginya.รข€ (rowahu Thobroni)."

Rasanya menggunung ketika turun dari ojek. Sudah keluar uang, eh dapat dosa lagi.

Perlahan, saya sampaikan kepada mereka konsep tasiruu wala tu'asiruu dan basy-syiruu wala tunaffiru, buat gampang jangan bikin susah dan senangkan jangan buat lari. Mula-mula saya sampaikan prinsip keterbatasan sebagai bagian dari mastatho'na. Dalam hal ini tidak berlaku hukum dhoruri. Sebab nas-nas dhoruri itu sudah dijelaskan dengan gamblang baik di quran maupun hadist semisal makan babi, pelihara anjing, dll. Nah, kalau ojek ini berada dalam wilayah keterbatasan kita. Artinya tetap saja kalau kita naik ojek ya dosa. Sebab senggolan dengan si tukang ojek yang bukan mahromnya. Sebenarnya bisa sih kita jalan 4 km. Dimampukan sih, kalau mau. Namun adanya keterbatasan waktu, keterbatasan tenaga, keterbatasan situasi, maka ojek menjadi suatu pilihan. Untuk yang demikian ini, maka yang perlu dimainkan adalah hati kita. Pasang niatnya dengan benar, jaga sikapnya dengan baik dan penuhi lisan kita dengan istighfar dan taubat. Dan jangan lupa, persungguh doa dan usaha agar Allah segera memberi rizqi yang banyak buat kita sehingga mempunyai moda transportasi sendiri.


Sebenarnya ada jurus terakhir yang belum saya keluarkan. Sebab saya melihat muka Ibu-ibu sudah berbinar-binar mendengar jawaban yang saya berikan. Jurus pamungkas ini tidak jadi saya keluarkan. Alhamdulillah berkat doa dan usaha dari rekan-rekan jamaah di komplek saya, saat ini mereka sudah memiliki model transportasi sendiri dan meninggalkan si tukang ojek yang dulu pernah mampir di hati. Daa .... ojek..!!!


Bagi yang masih berkendara umum dan tidak mungkin menghindari senggolan dengan lawan jenis, ingatlah jurus yang ada di Surat Hud ayat 114

"Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat."

Inilah jurus pamungkas yang saya maksud itu. Namun inti itu semua, yang penting : jagalah hati, jangan beri peluang sedikit pun untuk menyimpang/zaghu.

Semoga bermanfaat.

Fami

|
0 komentar

Posting Komentar

Photobucket

Word Clock

SMS GRATIS

NeoCounter

Follow